KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa,karena dengan rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Dan juga saya mengucapkan terima kasih kepada
bapak Dosen pembimbing mata kuliah Fisafat Arsitektur yang telah
membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan tugas saya.
Saya
berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan serta pemahaman
mengenai Filsuf AL-Kindi Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq
merekontekstualisasikan biografi filosofi, menjelaskan pandangan – pandangan
filsufnya dan karya – karya yang telah dihasilkan dalam filsafat arsitektur.
Kami juga menyadari bahwa di dalam tugas ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan, untuk itu kami mohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.
Depok,21 April 2014
BAGIAN ISI
A. Biografi
Al-Kindi mempunyai nama lengkap Abu
Yusuf Ya’qub bin Ishaq Ash-Shabbah bin Imran bin Ismail bin Al-Ast bin Qays
Al-Kindi. Nama Al-Kindi dinisbahkan pada suku (keturunan Kindah) yang menempati
daerah selatan jazirah arab, yaitu Banu Kindah, dia lahir di Kuffah tahun 185 H
(801 M) dan ayah seorang Gubernur Kuffah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan
Harun Ar-Rasyid (Bani Abbas), sehingga masa kecilnya merasakan pemerintahan
Khalifah Harun Ar-Rasyid hingga berusia 9 tahun.
Al-Kindi juga merasakan pemerintahan
Abbasiyah berikutnya yaitu al-Amin (809-813 M), al-Ma’mun (813-833 M),
al-Mu’tashim (833-842 M), al-Wathiq (842-847 M), dan al-Mutawwakkil (847-861
M). Pada masa pemerintahan al-Ma’mun dia memasuki istana Abbasiyah sebagai
pengawas Bait al-Hikmah untuk menterjemahkan dan menyunting karya-karya
Yunani. Setelah selesai menyelesaikan pendidikan di Basrah, ia melanjutkan
pendidikan ke Bagdad hingga tamat.
Al-Kindi juga bertindak sebagai astrolog
istana dan tutor bagi salah satu pangeran yang bernama Ahmad bin Mu’tashim.
Selain itu ia juga seorang penulis dan ilmuwan ensiklopedi. Tulisan orisinilnya
berjumlah 275 termasuk buku-buku filsafat, logika, fisika, politik, psikologi,
etika, matematika, astronomi, kedokteran, musik, optik, astronomi, geografi,
fenomenologis, sejarah peradaban, teologi dan bidang-bidang lainnya.
Al-Kindi hidup dalam suasana pro dan
kontra yaitu disaat inquisisi bahwa al-Qur’an adalah makhluk. Ia terseret dalam
gelombang besar mu’tazilah yang menjadi akidah resmi negara pada masa pemerintahan
al-Ma’mun, al-Mu’tashim, dan al-Wasiq. Pada masa pemerintahan al-Mutawakkil
yang cenderung kepada as-sunnah frekuensi mu’tazilah diperkecil. Al-Kindi
di fitnah telah meremehkan ulama yang mengingkari filsafat dengan dalih sebagai
ilmu syirik, jalan menuju kekafiran dan keluar dari agama. Al-Kindi menyingkir
dari dimensi politik hingga pemerintahan al-Mu’tashim Billah yang menjadi
korban fitnah dan wafat pada tahun 252 H (866 M) ia juga meninggal di Bagdad .
B. Pandangan Pemikiran Al-Kindi
Menurut Al-Kindi filosofi ialah orang
yang berupaya memperoleh kebenaran dan hidup mengamalkan kebenaran yang
diperolehnya yaitu orang yang hidup menjunjung tinggi nilai keadilan atau hidup
adil. Dari beberapa karyanya Al-Kindi dapat bahwa diketahui ia adalah
penganut eklektisime. dalam metafisika ia mengambil pendapat
Aristoteles, dalam psikologi mengambil pendapat Plato, bidang etika ia
mengambil pendapat Socrates dan Plato. Namun kepribadiannya sebagai muslim
tetap bertahan.
. > Matematika
Matematika menurut Al-Kindi merupakan
pengantar penting bagi filsafat. Filsafat tak bisa dipelajari tanpa matematika.
Matematika diterapkannya dalam filsafat alam dan ilmu kedokteran campuran. Jika
ingin membuat campuran panas atau lembab pada derajat pertama, kita harus
membuatnya panas atau lembab, jika menginginkan pada derajat kedua sebanyak
empat kali, dan begitu seterusnya. Menurut Al-Kindi, ini harus diputuskan
dengan indera yang dapat memberi petunjuk tentang relasi proporsional yang ada
antara stimulus dan sensasi.
Al-Kindi sebagai filosofi Islam
juga tak ketinggalan dari filosofi Barat. Dia yang mempunyai pemikiran tinggi
juga menyempatkan diri untuk mempelajari ilmu-ilmu yang bersifat umum.
Dengan lahirnya pemikir Al-Kindi inilah umat Islam
menjadi maju dan tidak di perbudak orang Barat lagi.
. > Metafisika
Wujud
Menurut Al-Kindi, filsafat yang paling
tinggi martabatnya adalah filsafat yang membicarakan Tentang Causa Frima
(Ke-Esa-an Tuhan dan berakhirnya alam). Dia meyakini bahwa dunia ini adalah karya
Tuhan. Sebab pertama yang satu dan Abadi. Tuhan adalah wujud yang haq yang
tidak pernah tiada sebelumnya dan tidak akan pernah tiada selama-lamanya. Ada
sejak awal dan tetap ada selama-lamanya. Tuhan tidak didahului oleh wujud lain
serta tidak akan pernah berakhir. Tidak ada wujud lain melainkan dengan
perantaraan-Nya.
Al-Kindi menantang filsafat Aristoteles
yang menyatakan bahwa penciptaan alam bersifat pribadi. Sedang menurut Wahyu,
alam diciptakan oleh Tuhan. Al-Kindi menyampaikan solusinya dengan memadukan
pythagorieanisme dan Neoplatonisme bahwa penciptaan merupakan emanasi
(pancaran) dari alam tertinggi yang diciptakan oleh Tuhan secara tidak
langsung.
Wujud Tuhan dibuktikan dengan adanya
gerak, keanekaan dan keteraturan alam sebagaimana argumentasi filosofi Yunani
(Aristoteles) yaitu penggerak yang tidak bergerak. Menurut Al-Kindi ini sejalan
dengan argumen ilmu kalam: Alam berubah-ubah, semua yang berubah adalah baru.
Karena itu alam ini merupakan ciptaan yang mengharuskan adanya pencipta.
Membicarakan adanya Tuhan adalah hal
yang lebih utama. “اَوَلُ الدِّيْنَ مَعَرِفُةُ الله” Awal agama adalah mengenal Allah.
Maksudnya orang yang menginginkan kesempurnaan agamanya hendaklah terlebih
dahulu mengenal Tuhannya.
Sebagai Muslim, Al-Kindi berfilsafat
tidak hanya sekedar mengandalkan rasio saja, tetapi juga harus berpedoman
dengan ayat-ayat al-Qur’an. Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang
kekuasaan Tuhan. Sang pencipta yang tidak ada permulaannya (tidak didahului
oleh wujud lain) dan tidak pernah berakhir (abadi selamanya). Firman Allah:
هُوَاْلاَوَّلُ وَاْلأخِرُ وَالظَّاهِرُوَالْبَاطِنُ، وَهُوَبِكُلِّ شَئْ ٍعَلِيْمٍ.
Artinya: “Dia-lah yang
awal dan yang akhir yang zhahir dan yang Bathin dan dia maha mengetahui segala
sesuatu.
وَيَبْقى وَجْهُ رَبِّكَ ذُوالْجَللِ وَاْلاِكْرَامِ.
Artinya: “Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”.
Dalam penciptaan sesuatu termasuk alam
ini tidak dilakukan secara langsung artinya tidak berhajat terhadap sesuatu
yang lain dan juga memerlukan waktu lama. Tentang penciptaan sesuatu bagi Tuhan
dijelaskan melalui firman-Nya
. > Mengenai Sifat-sifat-Nya
Qur’an menyatakan Tuhan hanya satu.
Tiada Tuhan kecuali Allah. Mengenai sifat-sifat Tuhan terdapat tujuh puluh dua
mazhab yang memberikan argumennya. Namun, semuanya itu merupakan variasi dari
mazhab utama : Antropomorfis, Mu’tazilah dan Asy’ariyah. Kelompok pertama
mengatakan bahwa sifat-sifat Tuhan sama dengan sifat manusia. Mayoritas
mu’tazilah mendukung teori bahwa sifat-sifat Tuhan sama dengan escusi-Nya.
Al-Kindi sebagai filosofi muslim tak
henti-hentinya menegakkan Ke-Tauhidan, dan menantang segala hal yang dapat
merusak ketauhidan itu sendiri. Al-Kindi telah membuktikan adanya Tuhan yang
Esa (satu). Adanya Tuhan tidak sama seperti adanya manusia yang telah
diciptakan oleh Tuhan, karena hal itu dapat menggugurkan ke-Esaan Tuhan.
…لَيْسَ كَمِثْلِه شَئٌ وَهُوَالسَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Atinya : “…tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
. >Etika
Al-Kindi menerangkan bahwa jiwa manusia
menyatu dengan tubuh di satu pihak dan mempunyai asal-usul dipihak lain
mematikan hawa nafsu adalah jalan untuk memperoleh keutamaan, kenikmatan hidup
lahiriah adalah keburukan. Bekerja untuk memperoleh kenikmatan berarti
meninggalkan penggunaan akal.
Firman Allah:
اِعْلَمُوْا انما الْحَيَوةِ الدُّنْيَا لَعِبُ وَلَهْوٌوَتَفَا خُرٌبَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى اْلاَمْوَالِ وَاْلاَوْلاَدِ…
Artinya: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia itu adalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megahan diantara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta
dan anak…
Al-Kindi sebagai seorang filosofi muslim
selain bertafakur akan adanya Tuhan, ia juga berusaha untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan. Dalam mencari kebenaran Al-Kindi Tak mau meyakini sesuatu yang
sifatnya hanya sesaat.
C. Bukti Karya – karyanya Al-Kindi
· Bukti
pertama bahwa alam semesta diciptakan dalam dimensi waktu. Alam semesta itu
terbatas dalam badan waktu dan gerak, yang berarti bahwa alam semesta pasti
telah diciptakan. Menurut hukum sebab akibat, segala sesuatu yang diciptakan
pasti mempunyai pencipta yaitu Tuhan. Dengan demikian Dia ada
Tentang pembuktian Al-Kindi bahwasanya
Tuhan adalah sang pencipta alam semesta dapat disesuai dengan ayat al-Qur’an
yang berbunyi:
اَللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّموَاتِ وَاْلاَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَا…
Artinya: Allah-lah yang menciptakan dan
bumi dan apa diantara keduanya…
· Bukti
kedua, Al-Kindi menjelaskan istilah “satu” yang mempunyai dan arti. Sebagai
objek dapat berarti “tunggal” dan dalam hal penciptaan dianggap Esa. Satu
sebagai bilangan bisa diterapkan kepada Tuhan dan objek-objek tunggal. Hal ini
hanya bisa diterapkan pada wujud Tuhan. Pembuktian Al-Kindi bahwanya Tuhan
itu satu tidak berbilang-bilang didasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an. Jika Tuhan
lebih dari satu maka akan ada persaingan diantara-Nya, dan jika Tuhan sudah
bersaing maka kacaulah kehidupan di dunia ini.
Adapun ayat al-Qur’an yang menyatakan
bahwasanya Tuhan itu satu (tunggal) ialah:
وَاِلـهُكُمْ اِلهٌ وَاحِدٌ لاَاِلهَ اِلاَّ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيْم.
Artinya: “Dan Tuhan-mu adalah
Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah melainkan Dia yang maha pemurah
lagi maha penyayang)
· Bukti
ketiga didasarkan pada prinsip bahwa sesuatu tidak dapat menjadi sebab dari
dirinya, karena agar menjadi sedemikian sesuatu itu harus ada sebelum dirinya.
Yang dimaksud “sesuatu” adalah yang diciptakan dan bukan Tuhan.
· Bukti keempat bersifat analogis yaitu diantara makrokosmos dan mikrokosmos. Contohnya berfungsinya tubuh manusia yang tertib dan mulus yang menunjukkan ke arah adanya pengatur yang cerdas dan tidak kelihatan. Demikian pula jalannya alam semesta yang tertib dan selaras menunjukkan kearah adanya pengatur yang serba cerdas dan tidak kelihatan yakni Tuhan.
· Bukti
kelima yakni argumen teologis. Ia menunjukkan bahwa gejala alam yang tertib dan
menakjubkan itu tidak mungkin ada maksud tertentu dan terjadi secara kebetulan.
Gejala itu menyiratkan sesuatu pengarahan yang menakjubkan dan pengaturan yang
datang dari Tuhan. Al-Kindi memandang eksistensi keteraturan, ketertiban dan
keselarasan dalam alam sebagai akibat dari pengaturan-Nya yang bijaksana.
Al-Kindi berusaha membuktikan bahwasanya
Tuhan itu ada dengan cara membaca tanda-tanda kejadian di alam ini. Setiap
kejadian yang selalu mengalami perubahan, namun perubahannya tetap berjalan
tertib. Dan setiap perubahan segala sesuatu yang terjadi di muka bumi pasti ada
pelajaran yang bisa diambil, terutama bagai orang-orang yang berfikir. Firman
Allah:
فَالِقَ اْلاِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَفًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ.
Artinya: “Dia menyingsingkan pagi dan
menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk
perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang maha perkasa lagi maha mengetahui”.
PENUTUP
· Kesimpulan
Al-Kindi adalah seorang filosofi Islam
yang berusaha mempertemukan ajaran Islam dengan filsafat Yunani. Ia hidup pada
masa perkembangan aliran Mu’tazilah yang dirikan oleh Washil bin A’tha. Sebagai
seorang filosofi ia yakin bahwa rasio yang diberikan Tuhan haruslah
dimanfaatkan untuk mencari tentang kebenaran realitas, namun dalam mencari
kebenaran tersebut sebagai muslim ia harus berpedoman pula dengan ayat-ayat
Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an sumber dari segala sumber ilmu. Pada dasarnya
berbagai cabang ilmu, termasuk ilmu pengetahuan umum yang diadopsi oleh
orang-orang barat (Yunani) berasal dari Islam (Al-Qur’an). Namun, di saat
kemunduran Islam pada masa Turki Utsmani piintu ijtihad ditutup sehingga para
pemikir Islam menerima apa adanya, tanpa berani mengembangkannya,
karena takut divonis kafir.
Menurut Al-Kindi tidak semua filosofi
Yunani itu bertentangan dengan agama. Namun, tidak semua pula harus diterima.
Sebagai seorang yang berpengetahuan tinggi Al-Kindi mengambil beberapa bagian
pendapat para filosofi Yunani. Karena itulah, ia disebut penganut aliran Elektisime.
Dalam berfilsafat, Al-Kindi tidak mengaburkan agama. Ia adalah orang yang
berhasil mendamaikan antara filsafat dan agama. Ia menghadapkan argumennya
kepada orang-orang agama yang tidak senang terhadap filsafat dan filosof. Jika
ada yang mengatakan bahwa filsafat tidak perlu, mereka harus memberikan argumen
dan menjelaskannya. Usaha pemberian argumen tersebut merupakan bagian dari
pencarian pengetahuan tentang hakikat. Dengan demikian, Al-Kindi merupakan
pioner dalam melakukan usaha pemaduan antara filsafat dan agama atau akal dan
Wahyu. Ia melapangkan jalan bagi Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd yang
datang kemudian. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Al-Kindi telah memainkan
peranan besar dan penting dipentas filsafat Islam.
Ia juga berargumen bahwa alam semesta
ini diciptakan oleh Tuhan, berbeda dengan pendapat Aristoteles yang mengatakan
bahwa alam semesta ini tidak diciptakan dan bersifat abadi. Oleh karena itu,
Al-Kindi tidak termasuk filosofi yang dikritik Al-Ghazali. Al-Kindi juga tidak
mau ketinggalan dengan pemikiran Barat. Ia juga mempelajari ilmu umum untuk
meningkatkan kemajuan umat Islam.
· Riwayat Penulis
Nama
:
Erna Setya Wijayant
Tempat Tgl lahir
: Semarang, 15 Januari 199
Asal sekolah
: SMP WALISONGO 1 SEMARANG SMK
NEGERI 3 SEMARANG
Pengaalaman Organisasi
: OSIS SMP WALISONGO 1 SEMARANG (Sie.Kesenian dan Ketrampilan
Tahun 2005
– 2007 )
OSIS SMK NEGERI 3 SEMARANG (Sie.
Bendahara OSIS Tahun 2007
2010)
Himpunan Mahasiswa UNDIP (Sie EKOBIS
Tahun 2010 – 2013)
Alamat blog/email
: ernasetyawijayanti.blogspot.com
setyawijayanti@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
Atiyeh, George N.,Al-Kindi Tokoh
Filsafat Muslim, Bandung : Pustaka, 1983.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahnya Al-‘Ally, Bandung : Diponegoro, 2005.
Madkour, Ibrahim, Aliran dan
Teori Filsafat Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1995.
Mahdi Khan, Ali, Dasar-Dasar
Filsafat Islam, Bandung : Nuasa, 2004.
Mustofa, A., Filsafat Islam,
Bandung : Pustaka Setia, 1997.
Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam,
Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004.
2 George N.
Atiyeh, Al-Kindi Tokoh Filsafat Muslim, Alih Bahasa Kasidjo
Djojosuwarno, Bandung : Pustaka, 1983, cet. 1, h. 1.