Minggu, 16 November 2014

Tugas Arsitektur Lingkungan GREEN CITY

GREEN CITY

Latar Belakang
Saat ini dunia sedang dihadapkan pada permasalahan degradasi kondisi lingkungan. Pencemaran air, udara dan tanah tidak terelakkan lagi seiring perkembangan pembangunan di seluruh dunia terutama di perkotaan. Urbanisasi hal yang terjadi di sebagian besar kota-kota di dunia. Penyebabnya antara lain tidak seimbangnya pembangunan antara desa dan kota. Daya dukung kota-kota semakin lemah dalam memfasilitasi kebutuhan warga kota. Polusi udara dan pencemaran air serta tanah, pemenuhan kebutuhan warga untuk bisa hidup sehat, nyaman dan sejahtera, menjadi persoalan yang perlu dicari solusinya oleh semua pihak.
Seiring jalannya pembangunan, dalam upaya memberikan kenyaman dan lingkungan sehat bagi warga kota, Konsep Green City dapat menjadi solusi bagi pelaku pembangunan Kota Hijau (Green city), suatu jargon yang sedang dicanangkan di seluruh dunia agar masing-masing kota memberi kontribusi terhadap penurunan emisi karbon untuk penurunan pemanasan global.
Begitu pula dengan Indonesia, yang saat ini telah mencanangkan program kota hijau yang berbasiskan masyarakat (empowerment), melalui programnya yaitu P2KH (Program Pengembangan Kota Hijau) yang dalam implementasinya dimuat dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten dan Kota. P2KH ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekaligus responsif terhadap perubahan iklim yang saat ini sedang menjadi isu dunia tersebut.
Konsep Kota Hijau
 Kota hijau atau dengan kata lain yaitu Kota yang ramah lingkungan, dalam hal pengefektifan dan mengefisiensikan sumberdaya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin adanya kesehatan lingkungan, dan mampu mensinergikan lingkungan alami dan buatan, yang berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan (lingkungan, sosial, dan ekonomi).
Kota Hijau memiliki 8 atribut dalam hal prosesnya yaitu: Green Planning and Desain, Green Community (Peran serta aktif masyarakat), Green Building, Green Energy, Green Water, Green Transportation, Green Waste, Green Openspace.
Green City pada dasarnya adalah green way of thinking dimana perlu ada perubahan pola pikir manusia terhadap keberlanjutan lingkungan. Perubahan pola pikir akan mengarah pada perubahan kebiasaan masyarakat dan pada akhirnya akan menghasilkan perubahan budaya menjadi lebih ramah lingkungan.

Green City Sebagai Solusi Manajemen Pengembangan Kota di Indonesia
Pertumbuhan kota yang cepat terjadi di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Kota-kota besar di Indonesia seperti di Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang pesat pula, dan urbanisasi menjadi salah satu sebabnya. Peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan kebutuhan lahan meningkat.
Pertumbuhan kota yang demikian tentu akan mengakibatkan degradasi lingkungan. Persebaran lahan terbangun yang sangat luas mengakibatkan inefisiensi jaringan transportasi yang berdampak pada meningkatnya polusi udara perkotaan, selain itu juga menimbulkan costly dan pemborosan. Lihat saja Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia, kota tersebut sudah mengalami perkembangan yang terlalu besat sehingga mengalami “overload”, menjadikan kota tersebut sebagai kota yang tidak layak untuk ditinggali. Bahkan sempat muncul isu tentang pemindahan ibukota akibat ketidaklayakannya. Belum lagi kota-kota besar lain yang mulai berkembang seperti Surabaya, Bandung, dll.
Berdasarkan keadaan itu, dalam melakukan perencanaan kota dibutuhkan pendekatan konsep perencanaan yang berkelanjutan. Ada beberapa konsep pengembangan kota yang berkelanjutan, salah satunya adalah konsep Green Cityyang selaras dengan alam.
Green City dikenal sebagai kota ekologis. Kota yang secara ekologis juga dapat dikatakan kota yang sehat. Artinya adanya keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Kota sehat juga merupakan suatu kondisi dari suatu kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan kota. Untuk dapat mewujudkannya, diperlukan usaha dari setiap individu anggota masyarakat dan semua pihak terkait (stakeholders).
Konsep ini sesuai dengan pendekatan-pendekatan yang disampaikan Hill, Ebenezer Howard, Pattrick Geddes, Alexander, Lewis Mumford, dan Ian McHarg. Implikasi dari pendekatan-pendekatan yang disampaikan diatas adalah menghindari pembangunan kawasan yang tidak terbangun. Hal ini menekankan  pada kebutuhan terhadap rencana pengembangan kota dan kota-kota baru yang memperhatikan kondisi ekologis lokal dan meminimalkan dampak merugikan dari pengembangan kota, selanjutnya juga memastikan pengembangan kota yang dengan sendirinya menciptakan aset alami lokal. Terdapat 8 kriteria konsep Green City, antara lain :
1.      Pembangunan kota harus sesuai peraturan UU yang berlaku, seperti UU 24/2007: Penanggulangan Bencana (Kota hijau harus menjadi kota waspada bencana), UU 26/2007: Penataan Ruang, UU 32/2009: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dll.
2.      Konsep Zero Waste (Pengolahan sampah terpadu, tidak ada yang terbuang).
3.      Konsep Zero Run-off (Semua air harus bisa diresapkan kembali ke dalam tanah, konsep ekodrainase).
4.      Infrastruktur Hijau (tersedia jalur pejalan kaki dan jalur sepeda).
5.      Transportasi Hijau (penggunaan transportasi massal, ramah lingkungan berbahan bakar terbarukan, mendorong penggunaan transportasi bukan kendaraan bermotor – berjalan kaki, bersepeda, delman/dokar/andong, becak.
6.      Ruang Terbuka Hijau seluas 30% dari luas kota (RTH Publik 20%, RTH Privat 10%)
7.      Bangunan Hijau
8.      Partisispasi Masyarakat (Komunitas Hijau)
Mengapa Konsep Green City Perlu Dipertimbangkan di Indonesia?
4
            Kota-kota besar di Indonesia perlu secara cermat mengatasi persoalan ledakan penduduk perkotaan akibat urbanisasi yang brutal, tidak tertahankan, apabila kita berharap bahwa kota-kota tersebut dapat menjadi layak huni di masa mendatang. Salah satunya adalah dengan pengendalian jumlah penduduk dan redistribusinya, serta peningkatan kualitas pelayanan publik.
Dengan konsep Green City krisis perkotaan dapat kita hindari, sebagaimana yang terjadi di kota-kota besar dan metropolitan yang telah mengalami obesitas perkotaan, apabila kita mampu menangani perkembangan kota-kota kecil dan menengah secara baik, antara lain dengan penyediaan ruang  terbuka hijau, pengembangan jalur sepeda dan pedestrian, pengembangan kota kompak, dan pengendalian penjalaran kawasan pinggiran.
5
Terdapat beberapa pendekatan Green City yang dapat diterapkan dalam manajemen pengembangan kota. Pertama adalah Smart Green City Planning. Pendekatan ini terdiri atas 5 konsep utama yaitu konsep kawasan berkeseimbangan ekologis yang bisa dilakukan dengan upaya penyeimbangan air, CO2, dan energi. Pendekatan kedua adalah konsep desa ekologis yang terdiri atas penentuan letak kawasan, arsitektur, dan transportasi dengan contoh penerapan antara lain: kesesuaian dengan topografi, koridor angin, sirkulasi air untuk mengontrol klimat mikro, efisiensi bahan bakar, serta transportasi umum. Ketiga, konsep kawasan perumahan berkoridor angin (wind corridor housing complex), dengan strategi pengurangan dampak pemanasan. Caranya, dengan pembangunan ruang terbuka hijau, pengontrolan sirkulasi udara, serta menciptakan kota hijau. Keempat, konsep kawasan pensirkulasian air (water circulating complex). Strategi yang dilakukan adalah daur ulang air hujan untuk menjadi air baku. Kelima, konsep taman tadah hujan (rain garden).
            Pendekatan kedua adalah Konsep CPULS (Continous Productive Urban LandscapeS. Konsep penghijauan kota ini merupakan pengembangan landscape yang menerus dalam hubungan urban dan rural serta merupakan landscape productive.
Pendekatan terakhir adalah Integrated Tropical City. Konsep ini cocok untuk kota yang memiliki iklim tropis seperti Indonesia. Konsep intinya adalah memiliki perhatian khusus pada aspek iklim, seperti perlindungan terhadap cuaca, penghutanan kota dengan memperbanyak vegetasi untuk mengurangiUrban Heat Island. Bukan hal yang tidak mungkin apabila Indonesia menerapkannya seperti kota-kota berkonsep khusus lainnya (Abu Dhabi denganUrban Utopia nya atau Tianjin dengan Eco-city nya), mengingat Indonesia yang beriklim tropis. Berikut Gambar Kerangkat Terbentuknya Konsep Integrated Tropical City:
Sumber: Analisa dalam Presentasi Integrated Tropical City pada UFP #3, 8 Mei 2010 (Jogarsitek.com)  
Kelebihan dari konsep Green City adalah dapat memenuhi kebutuhan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di suatu kawasan, sehingga dapat mengurangi bahkan memecahkan masalah lingkungan, bencana alam, polusi udara rendah, bebas banjir, rendah kebisingan dan permasalahan lingkugan lainnya.
Namun disamping kelebihannya, konsep ini memiliki kelemahan juga. Penerapannya pada masing-masing kawasan tidak dapat disamaratakan karena tiap-tiap daerah memerlukan kajian tersendiri. Setidaknya harus diketahui tentang karakteristik lokal, iklim makro, dan sebagainya. Misalnya, daerah pegunungan RTH difungsikan untuk menahan longsor dan erosi, di pantai untuk menghindari gelombang pasang, tsunami, di kota besar untuk menekan polusi udara, serta di perumahan, difungsikan meredam kebisingan. Jadi RTH di masing-masing kota memiliki fungsi ekologis yang berbeda. Disamping itu, penerapannya saat ini kebanyakan pelaksanaan penghijauannya tidak terkonseptual, sehingga menimbulkan citra penghijauan asal jadi tanpa melihat siapa yang dapat mengambil manfaat positif dari penghijauan.

Sumber :

Sudharto P. Hadi, Manusia dan Lingkungan , Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang, 2000.
https://erdiindies.wordpress.com/2014/11/24/green-city/

Minggu, 05 Oktober 2014

Tugas Kritik Arsitektur

DOSEN : RUSWANDI T

logo_gunadarma.jpg
 




















Disusun Oleh:
NAMA            : ERNA SETYA WIJAYANTI
NPM               : 2A313883 / 4TB02






SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS GUNADARMA
 2013



METODE KRITIK DESKRIPTIF
            Kritik Deskriptif yaitu mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota dan Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan serta Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya agar Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.

Jenis Metode Kritik Deskriptif yaitu :
Depictive Criticism (Gambaran bangunan)
A.      Static Aspect (Secara Grafis)
Depictive criticism dalam aspek static memfokuskan perhatian pada elemen-elemen bentuk (form), bahan (materials) dan permukaan (texture).
Contoh cara menyusunannya yaitu dapat dilakukan melalui beberapa cara survey
antara lain : photografi, diagram, pengukuran dan deskripsi verbal (kata-kata).

B.      Dynamic Aspect (Secara Verbal)
Tidak seperti aspek statis, aspek dinamis depictive mencoba melihat bagaimana bangunan digunakan bukan dari apa bangunan di buat.
Contoh cara menyusunannya yaitu :
·       Bagaimana manusia bergerak melalui Ruang - ruang sebuah bangunan? ( bergerak melakukan aktifitas untuk mengamati diantara kantor dan ruang seminar serta ruang-ruang lainya)
·       Apa yang terjadi disana? ( Mengamati tentang isi ruangan tersebut dengan cara  menggambar, mencatat dan merekam )
·         Pengalaman apa yang telah dihasilkan dari sebuah lingkungan fisik? ( bentuk ruang)
·  Bagaimana bangunan dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang ada didalamnya dan disekitarnya? ( karena adanya aktifitas dari orang – orang yang di dalamnya)

Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui : Bagaimana manusia bergerak melalui ruang-ruang sebuah bangunan? Apa yang terjadi disana? Pengalaman apa yang telah dihasilkan dari sebuah lingkungan fisik?

C.       Process Aspect (Secara Prosedural)
Merupakan satu bentuk depictive criticism yang menginformasikan kepada kita tentang proses bagaimana sebab-sebab lingkungan fisik terjadi seperti itu.
• Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
• Contextual Criticism ( Persitiwa)

METODE KRITIK BIOGRAFIS
Kritik Biografis yaitu kritik ini sebenarnya adalah kritik histories yang wilayahnya dipersempit yaitu khusus pada riwayat hidup pengarang beserta karyanya. Tugasnya adalah menentukan hubungan yang signifikan antara pengarang dan karyanya, asal-usul. Kekuatan yang mendorong atau tujuan konkrit karya tersebut.
Perhatian pada kehidupan pribadi sang artis atau arsitek dan perhatian yang terkait dengan kejadian-kejadian dalam kehidupannya dalam memproduksi karya atau bangunan.
Contohnya: Bagaimana pengaruh kesukaan Frank Lyod Fright waktu remaja pada permainan Froebel Bloks (permainan lipatan kertas) terhadap karyanya? Bagaimana pengaruh karier lain Le Corbusier sebagai seorang pelukis? Bagaimana pengaruh hubungan Eero Sarinen dengan ayahnya yang juga arsitek? Informasi seperti ini memberi kita kesempatan untuk lebih memahami dan menilai bangunan-bangunan yang dirancangnya.


METODE KRITIK KONSTEKTUAL
 Kritik Konstekstual yaitu merupakan jenis kritik yang terfokus pada teks/ naskah suatu karya sastra, agar pembaca lebih dekat dengan apa yang ditulis. Dengan berkembangnya masa, kritik ini ingin menunjukkan manakah karya yang benar-benar asli dari beberapa versi karya sastra yang mungkin muncul

Hal yang harus diketahui dalam Kritik Konstekstual yaitu:
·         Ekonomi pada saat bangunan di desain.
·     Tekanan-tekanan apakah yang diterima sang arsitek atau klien pada saat bangunan akan dan sedang dibangun ( Pembiayaan atau dana untuk pada masa pembangunan)

METODE KRITIK IMPRESSIONISTIK
Kritik Impresionistik Yaitu kritik sastra yang muncul sebagai produksi dari aliran individualisme romantik dan kesadaran akan diri yang lebih modern. Kritik ini menghubungkan pengalaman si penulis dengan karyanya. Sebaiknya, seorang kritikus mempunyai gaya yang bisa membuat hati pembaca terpikat dalam kedudukannya sebagai pembimbing juga penghubung antara pembaca dan karya sastra. Kritik sastra yang berusaha menggambarkan dengan kata-kata sifat-sifat yang terasa dalam bagian-bagian khusus atau dalam sebuah karya sastra dan menyatakan tanggapan – tanggapan (Abarms  1981:36)
Macam -  macam bentuk Kritik Impresionistik
·         Verbal Discourse : Narasi verbal puisi atau prosa
·         Caligramme : Paduan kata membentuk silhouette
·         Painting : Lukisan
·         Photo image : Imagi foto
·         Modification of Building : Modifikasi bangunan
·         Cartoon : Focus pada bagian bangunan sebagai lelucon

Dalam Narasi Verbal untuk metode Kritik Impresionistik yaitu menggunakan ruang sebagai media berkarya contohnya seperti :
·         Modifikasi Bangunan
·         Foto tentang Bangunan

·         Gambar Kartun
·         Caliagram yang berbentuk tentang arti simbol bangunan
Kritik Impresionistik juga dapat mengunggah imajinasi agar lebih bermakna dan unik yaitu dengan cara Menuangkan imajinasi tentang fakta pada si Penggambar ke sebuah gambaran atau lukisan agar lebih bermakna sebagai media penyambung antara si Penggambar dan si Kritikus, untuk sebuah pengamatan dengan cara menduga-duga agar lebih dari sekedar bangunan fisik atau Nyata. Sedangkan untuk pengamat media karya seni sebaliknya membuat kompleks yang sebelumnya tampak sederhana sehingga menjadi lebih terlihat dan mudah diingat.
Metode Ilmu Kritik Impresionistik dalam bidang Arsitektur juga tidak nampak berkaitan karena makna Impresionistik luas dan masuk dalam wilayah ilmu bidang lain. Maka itu disimpulkan Kritik Impresionistik dalam Arsitek tidak tampak secara lansung untuk Pesan perbaikan maupun Hakikat Asitektur sehinga menghasilkan interprestasi.

Tugas Arsitektur Lingkungan Isu Arsitektur yang Berasil dan Gagal

ISU ARSITEKTUR YANG GAGAL DAN BERHASIL


Konsep dari Karya Arsitektur yang Gagal Untuk Diaplikasikan
          Karya arsitektur dapat dikatakan berhasil apabila dapat diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Namun ketika desain tersebut hanya berupa gambar dan tidak diwujudkna dalam kehidupan ataupun di bangunan sangatlah tidak berarti apa-apa, bisa dikatakan itu hanya berupa arsip dan koleksi gambar.
        Inilah beberapa karya arsitektur yang memiliki desain yang sangat mengagumkan namun tidak dapat diaplikasikan ke kehidupan nyata.


1. Hotel Attraction Designed in 1908 for New York City
Hotel Attraction maunya menjadi gedung tertinggi di New York pada saat itu. Didesign oleh Antoni Gaudi, tinggilnya adalah 360 meter, dan tampaknya sangat tak mungkin pada waktu itu. Sedikit sekali fakta yang diketahui tentang proyek ini sampai ketika tahun 1956, sebuah buku berjudul “The NEw World Called Gaudi” diterbitkan. Tidak jelas mengapa proyek ini dihentikan.

http://1.bp.blogspot.com/-pUG-Ofj_kpw/TaBzlAq6a-I/AAAAAAAAAOE/tt_saQmyByE/s320/1+%25281%2529.jpg

http://1.bp.blogspot.com/-2NTHaSJLQP4/TaBzqkMinKI/AAAAAAAAAOI/gyhKQbXD2iw/s400/NYCCROSS.GIF


2. Tatlin’s Tower Designed around 1917 for St. Petersburg Russia
Tatlin’s Tower kalau jadi dibangun, akan membuat Eiffel Tower terkesan mini. Rencananya, bangunan ini terbuat dari besi, kaca, dan baja. Menara ini tadinya akan dijadikan simbol modernitas. Bentuk utama menara ini adalah twin helix yang naik secara spiral sampai tinggi 400m, dimana orang2 bisa ditransportasikan ke atas, melalui jalur itu.

http://2.bp.blogspot.com/--HEnHckbyeA/TaBytXGxZ-I/AAAAAAAAAN0/ehwO96IlDHc/s320/6.jpg



3. Beacon of Progress Designed around 1891 for Chicago Illinois
Rencananya adalah sebuah menara batu setinggi 457 meter di Jackson Park, Chicago. Design yang memenangkan penghargaan ini dikemukakan oleh Professor MIT Désiré Despradelle, seorang Prancis. Dengan lebih banyak dukungan dana, bangunan ini bisa jadi bangunan buatan manusia tertinggi di dunia saat itu.
http://3.bp.blogspot.com/-7cv5oAF7ZoA/TaBzR30BqkI/AAAAAAAAAN8/UO0uAxqY9iI/s400/1.jpg

http://4.bp.blogspot.com/-6Vd3Lgyu0-I/TaBzapzc64I/AAAAAAAAAOA/Vf47oX7aDrg/s400/11aatribst5.jpg


4. Ville Contemporaine Designed in 1922 for Paris France
The Ville Contemporaine tadinya hendak dijadikan tempat tinggal bagi 3 juta penduduk. Ville ini dikemukakan oleh arsitek Swiss-Prancis Le Corbusier. Bagian tengah bangunan ini direncanakan adalah sekelompok pencakar langit 60 tingkat yang dibangun dengan logam baja dan diselubungi oleh dinding kaca. Digunakan untuk kantor dan apartemen. Tidak jelas mengapa proyek ini dihentikan.

http://1.bp.blogspot.com/-DuXZi54cmN4/TaBy4zdK7VI/AAAAAAAAAN4/9U3j52qwe7E/s400/5.jpg





5. Palace of Soviets Designed in 1933 for Moscow Soviet Union
Jika Palace of Soviets jadi dibangun, ia akan menjadi struktur tertinggi di dunia. Konstruksi yang dipelopori oleh Boris Iofan’s ini sebenarnya sudah dimulai di tahun 1937 dan diberhentikan karena invasi Jerman. Tahun 1942, bahan besi nya digunakan untuk membuat jembatan.

http://2.bp.blogspot.com/-ETs3yn87ju0/TaByJRprG-I/AAAAAAAAANk/71GBuQDZS2w/s400/9.jpg


Kegagalan Konstruksi dan Bangunan

        Kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan dikategorikan dalam UU Konstruksi No. 18 Tahun 1999 sebagai suatu pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi pidana bila terbukti bersalah. Kegagalan konstruksi adalah kegagalan yang terjadi pada masa berlangsungnya kegiatan konstruksi di lapangan, sedangkan kegagalan bangunan terjadi pada saat bangunan sudah diserahterimakan, namun masih dalam masa pemeliharaan atau masih dalam tanggung jawab pelaksana konstruksi, max 10 tahun.

        Undang-Undang telah mengatur bahwa kegagalan konstruksi yang terjadi harus diperiksa dan diputuskan, apa dan siapa yang bersalah oleh Ahli Penilai. Namun sayangnya, selama ini di dalam kenyataannya amat sedikit sekali kasus kegagalan konstruksi yang diserahkan kepada Ahli Penilai (Forensik Engineer/Expert Witness). Dan yang lebih disayangkan lagi, kasus-kasus yang pernah ada tersebut, jarang dibuka kembali, dan dibiarkan berlalu begitu saja. Maka banyak ahli di Indonesia yang tidak belajar dari kesalahan. Akibat dari hal ini, citra mutu pekerjaan konstruksi di Indonesia beraroma kurang sedap. Karena kasus yang sama bisa terjadi berulang-ulang.

ARSITEKTUR YANG BERHASIL

Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertian Pembangunan Berkelanjutan (sustaineble development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

        Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapanarsitektur hijau akan memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan. Berikut ini adalah beberapa contoh gambar-gambar bangunan yang menggunakan konsep Green Architecture.

http://1.bp.blogspot.com/-XVTcCtW_DdE/T_RiU3hVpJI/AAAAAAAABlg/oADX_ioTZFk/s400/Green+Architecture.jpg
Prinsip-prinsip Green Architecture

        Penjabaran prinsi-prinsip green architecture beserta langkah-langkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo Sustainable Future:


1. Conserving Energy (Hemat Energi)

        Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:

1.    Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
2.   Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaicyang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
3.   Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
4.   Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
5.   Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
6.   Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
7.   Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
        Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:

1.    Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
2.   Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
3.   Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
4.   Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.

3. Holistic

        Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecturepada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)

        Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

5. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

        Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.

1.    Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
2.   Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
3.   Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.


6. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)

        Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.




Minggu, 06 Juli 2014

Tugas Ekskursi KKA Hongkong (Avenue Of Stars) 4. Kesimpulan dan Penututp

BAB IV

KESIMPULAN DAN PENUTUP



             Hong Kong, Shenzhen, dan Brunei Darussalam merupakan negara-negara maju yang memiliki ruang terbuka publik dalam perkembangan kotanya. Perbedaan budaya, infrastruktur, dan sistem pemerintahan merupakan tiga hal yang paling terasa dari ketiga negara tersebut.
             Salah satu lokasi waterfront promenade di Hong Kong adalah Avenue of Stars. Dengan plakat penghargaan, cetakan tangan selebritis, pilar bintang deskriptif, sculpture benda-benda perfilman, patung aksi kung fu Bruce Lee dan patung perunggu karakter kartun populer McDull, Avenue of Stars mengungkapkan sisi glamor dari industri perfilman Hong Kong menandingi pesona dari Pelabuhan Victoria. Sebagai ruang terbuka publik di perkembangan kota masa kini, Avenue of Stars telah berhasil menjadi bagian dari perkembangan arsitektur modern yang memanfaatkan daerah tepian laut secara maksimal yang dapat berfun5gsi sebagai wadah akivitas publik modern.
             Mata kuliah Kuliah Kerja Arsitektur di Program S1 Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gunadarma dengan tema “Urban Public Places in City Development” yang dilaksanakan pada tanggal 11-15 Mei 2014 memberikan manfaat yang cukup besar dalam menambah wawasan mahasiswa arsitektur mengenai ruang terbuka publik di perkembangan kota Hong Kong, Shenzhen, dan Brunei Darussalam. Dengan pembagian kelompok dan objek observasi yang berbeda-beda menjadikan setiap kelompok mempunyai pengetahuan mendalam sesuai dengan objek observasi masing-masing. Selain itu mahasiswa juga dapat merasakan secara langsung suasana arsitektur di setiap lokasi objek observasi dan dapat merangkumnya dalam bentuk tulisan, audio, dan visual.